Menuntut ilmu di jalan Allah
1.
Pengertian
Kata ilmu dalam
bahasa Indonesia berasal dari kata al-‘ilmu dalam bahasa Arab. Secara
bahasa (etimologi) kata al-‘ilmu adalah bentuk masdar atau kata sifat
dari kata `alima – ya`lamu- `ilman. Dijelaskan bahwa lawan kata dari
al-‘ilmu adalah al-jahl (bodoh/tidak tahu). Sehingga jika dikatakan
alimtu asy-syai’a berarti “saya mengetahui sesuatu”.
Sementara
secara istilah (terminologi) ilmu berarti pemahaman tentang hakikat sesuatu. Ia
juga merupakan pengetahuan tentang sesuatu yang diketahui dari dzat (esensi),
sifat dan makna sebagaimana adanya. Dalam kitab
Tafsir Aisar at-Tafaasir dijelaskan bahwa:
Artinya
: “Ilmu itu adalah jalan menuju rasa takut kepada Allah, barang siapa yang
tidak mengenal Allah, maka dia tidak mempunyai rasa takut pada-Nya. Sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hamba-hamba-Nya hanyalah
ulama”
2.
Semangat Menuntut Ilmu
Umat Islam wajib menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia wajib
shalat, berarti wajib pula mengetahui ilmu mengenai shalat. Diwajibkan puasa,
zakat, haji dan sebagainya, berarti wajib pula mengetahui ilmu yang berkaitan
dengan hal tersebut, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar. Dengan
ilmu berarti manusia mengetahui mana yang harus dilakukan mana yang tidak boleh
dilakukan. Demikian juga dalam hidup kemasyarakatan, interaksi antar sesama
manusia juga harus di dasari dengan ilmu, sehingga tercipta suatu masyarakat
yang kondusif dan damai. Allah berfirman dalam Al Qur’an surat At Taubah ayat
122 :
Artinya : “Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya
pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka
tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat
menjaga dirinya”. (QS. At Taubah : 122)
Ayat di atas
memberikan pemahaman kepada kita bahwa sebagai orang beriman; semangat, tenaga
dan pikiran tidak dibenarkan hanya untuk usaha memenuhi kepuasan nyata seperti
perang. Akan tetapi
semangat, tenaga dan pikiran juga untuk usaha menuntut ilmu terutama
pengetahuan agama untuk kemanfaatan diri sendiri
dan orang lain. Ilmu merupakan penuntun manusia memahami ayat-ayat Allah baik
Qauliyah maupun Kauniyah sehingga mampu mamaknai hakekat hidup dan akhirnya
memperoleh keselamatan dunia dan akhirat.
Dalam menuntut ilmu hendaklah tetap tabah dan sabar dalam menghadapi
berbagai macam bahaya dan ujian mental yang muncul. Sebab gudang kesuksesan
adalah di dalam menghadapi cobaan. Maka siapa yang ingin berhasil maksud dan
tujuan menuntut ilmu harus bersabar menghadapi banyaknya cobaan. Syeh
Az-Zarnuji dalam kitab Ta’limul Muta’allim mangatakan, pernah
kudengar sya’ir yang konon merupakan
gubahan dari Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah :
Artinya :
·
Ingatlah,
kamu tidak akan memperoleh ilmu pengetahuan kecuali dengan enam perkara ;
yang akan kujelaskan semua kepadamu secara ringkas.
·
Yaitu :
kecerdasan, minat yang besar, kesabaran, bekal yang cukup, petunjuk guru, dan
waktu yang lama.
3. Patuh kepada Orang Tua dan
Guru
Selain syarat tersebut di atas kunci kesuksesan dalam ilmu adalah patuh
kepada orang tua dan guru, yaitu menghormati mereka baik ketika masih hidup
maupun sudah meninggal. Kita harus bersikap sopan dan santun kepada orang tua
dan guru baik dalam ucapan maupun perbuatan, selalu mendoakan mereka jika sudah
meninggal minimal setiap setelah shalat.
Orang yang paling dekat dan berjasa kepada kita adalah kedua orang tua.
Merekalah yang membawa kita ke dunia ini dengan izin Allah. Betapa besar jasa
mereka sehingga kita tidak akan mampu menghitung dan membalasnya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita harus berbakti kepada kedua orang
tua. Allah menempatkan kewajiban berbakti kepada orang tua pada peringkat kedua
setelah kewajiban menyembah Allah swt. Firman Allah swt dalam Al Qur’an
surat Al Isra’ ayat 23 :
Artinya: Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"
dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia. (QS. Al Isra’ : 23)
Begitu besarnya jasa orang tua kita
sehingga keridlaan dan kemurkaan Allah tergantung pada keridlaan dan kemurkaan
keduanya. Rasulullah saw bersabda:
Artinya:”Keridaan
Allah tergantung pada keridaan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung pula
pada kemurkaan keduanya.” (HR. Tabrani).
Guru adalah
orang yang telah mendidik dan mengajarkan ilmu kepada kita. Dalam
paradigma Jawa, guru bermakna “digugu dan ditiru”. Dikatakan digugu (dipercaya)
karena guru memiliki seperangkat ilmu yang memadai, yang karenanya ia memiliki
wawasan dan pandangan yang luas dalam melihat kehidupan ini. Dikatakan
ditiru (diikuti) karena guru memiliki kepribadian yang utuh, yang karenanya
segala tindak tanduknya patut dijadikan panutan dan suri teladan oleh peserta
didiknya. Pengertian ini diasumsikan bahwa tugas guru tidak sekedar
transformasi ilmu, tapi juga bagaimana ia mampu menginternalisasikan ilmunya
pada peserta didiknya.
Guru yang
menjadikan kita orang beriman, mengerti hal yang baik dan buruk, gura juga
menjadikan kita orang yang pandai dan memahami ilmu pengetahuan, sehingga kita
akan memperoleh kedudukan yang tinggi di hadapan Allah dan manusia sebagaimana
firman Allah swt:
Artinya: ”Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang
berilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujahadah:11)
Di samping itu, para penuntut
ilmu dijanjikan oleh Rasulullah saw. akan diberikan kemudahan jalan ke surga.
Perhatikan hadits di bawah ini:
مَنْ سَلَكَ
طَرِيْقًا يَلْتَمِسُ فِيْهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللهُ بِهِ طَرِيْقًا اِلَى
الْجَنَّةِ ـ رواه مسلم
Artinya: “Barang siapa menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah
akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
(dilansir dari buku PAI
kelas X: H. Muhtadi, M.Ag. dkk)
http://agussulisyanto.blogspot.com/2014/01/menuntut-ilmu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar